Monday, March 7, 2016

Contoh Resume Sistem Perekonomian Internasional Dunia

RESUME
Sistem Perekonomian Internasional Dunia
Setelah membahas mengenai sisi historikal dan tiga grand theoretical dari ekonomi politik internasional, kali ini penulis akan membahas mengenai bagaimana sistem ekonomi politik internasional tersebut berevolusi. Sistem moneter dan keuangan dunia dianggap telah mengalami tiga fase transformasi semenjak akhir abad  ke-19. Tiga masa transformasi yang disebutkan oleh Helleneir (2008:230) berawal dari masa inter-war, dimana tatanan moneter dan keuangan saat itu mengglobal dan terintegrasi satu sama lain, hingga mengalami kegagalan pada tahun 1914. Pada tahun 1944, tata keuangan moneter dan keuangan dunia membentuk suatu sistem bersama yang disebut dengan Bretton Woods yang dianggap sebagai suatu bentuk tatanan perekonomian yang baru. Namun sistem ini dianggal gagal sektiar tahun 70-an dikarenakan, aplikasinya hanyalah merupakan salah satu bentuk dan kelanjutan daripada sistem perekonomian yang lalu.
Kembali pada bahasan tahun 1914, pada masa itu mata uang dari hampir seluruh negara di dunia ditentukan oleh gold standard, yang pula dikenal sebagai fixed exchange-rate system. Pada saat itu pula, negara-negara dibelahan Eropa membentuk suatu kesatuan moneter dalam tingkat regional yang sekarang lebih dikenal dengan nama European Union (EU). Hal ini memicu terbentuknya kelompok-kelompok tatanan perekonomian lain seperti Amerika Latinnya dengan Latin Monetary Union (LMU) dan pula pada negara-negara Skandianavia yakni Scandinavia Monetary Union (SMU). Integrasi mata uang seperti dengan terbentuknya kelompok-kelompok seperti tidak lain bertujuan untuk memudahkan jalannya transaksi ekonomi diantara negara-negara tersebut. Helleiner (2008:216) menjelaskan bahwasannya laju perekonomian berjalan dikarenakan adanya imperial yang mengatur. Meski terlihat mengalir, namun rezim saat itu dibentuk oleh para penguasa. Helleiner pun menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan adanya evolusi dan perubahan tatanan sistem perekonomian internasional yang terjadi hingga saat ini, yang pertama adalah The End of Globalization,  teori stabilitas hegemoni, serta perubahan yang terjadi pada perekonomian domestik. The End of Globalization disebut oleh Harold James (dalam Helleiner:2008) dikarenakan adanya blok-blok perekonomian tertutup seperti EU, LMU, SMU. Beralihnya negara-negara tersebut meninggalkan sistem internasional yang pada masa itu menggunakan gold standard dan membentuk blok-blok baru terlihat semenjak masa Perang Dunia I, dimana negara-negaa tersebut lebih memilih sistem yang disebut dengan floating currencies. Namun, pada tahun 1920 mereka yang masih percaya pada sistem yang lampau mencoba mengembalikan sistem gold standard. Namun, 1930 krisis keuangan mulai menimpa negara-negara di dunia (Helleneir, 2008: 216) hingga menyebabkan runtuhnya sistem pinjaman dan gold standard tersebut.
Evolusi perubahan dari gold standard hingga beralihnya negara-negara didunia dalam membentuk suatu integrasi ekonomi  dan keuangan sendiri disinyalir oleh banyak penstudi dimana stabilitas hegemonilah yang memiliki pengaruh dalam mengatur jalannya sistem perekonomian internasional ini. Negara hegemon dianggap mampu untuk menyeimbangkan sistem perekonomian internasional. Seperti yang terjadi  ketika Inggris dianggap sebagai pemimpin dalam keberlangsungan sistem moneter keuangan, dan ketika Inggris mengalami resesi, seketika perekonomi internasionalpun menjadi goyah. Setelah amsa tersebut, AS dianggap sebagai pengganti Inggris yakni negara kreditor bagi tatanan ekonomi dunia, dan sejak itu dan mungkin hingga kini dolar AS menjadi mata uang yang terkuat dalam tatanan perekonomian dunia internasional. Faktor kedua dalam perubahan sistem moneter dan tata ekonomi internasional adalah perubahan ekonomi akibat kondisi politik dalam egeri suatu negara.  pasca 1914, elit politik menganggap bahwasannya kebijakan domestik harus berjalan dengan kebijakan luar negeri. Hal ini bertujuan untuk lebih dapat mengatur nilai tukar mata uang nasionalnya dengan emas. Karena hegemon dianggap penguasa modal pada sistem gold standard tersebut. Jadi, ketika momen buruk terjadi pada kondisi negara penguasa, maka efek nya akan merambat pada engara-negara lainnya. dan pada tahun 1930-an, pengontrolan kapital mulai menjadi fokus utama sebuah negara dalam mengatur perekonomiannya (Helleneir, 2008: 217-218).
Sejarah mencatat, bahwasannya peristiwa penting pada perekonomian dunia pasca Perang Dunia adalah pada saat Camp David. Dimana hal yang dibahasa pada saat itu adalah close the gold window yakni upaya untuk menutup sistem gold standard. Standar nilai tukar emas digantikan dengan dollar AS. Dibawah sistem Bretton Woods, suatu negara dapat menukar dolar untuk emas. Sistem ini mendorong pihak-pihak lain untuk menekan nilai dolar AS mengalami devaluasi yang akan mengakibatkan turunnya nilai emas pula. Maka, ada beberapa hal yang digunakan oleh Amerika Serikat dalam mempertahankan nilai dolarnya seperti kenaikan suku bunga, memotong pengeluaran, mengatur keuntungan dan ubah, dimana kegiatan-kegiatan yang seperti inilah yang mengarahkan AS pada tingkat resesi (Frieden, 2006: 339-340). Dan hal tersebut terjadi, AS berusaha menekan devaluasi dengan melakukan beberapa hal. Harga barang AS meningkat tajam dibandingkan di negara lain. hal ini pula menyebabkan barang impor lebih banyak diminati. Dan pada tahun 1971, hal ini mengakibatkan defisit perdagangan AS. AS yang dianggap sebagai pengatur keuangan internasional ternyata tidak mampu berjalan ketika yang terjadi berbeda dan berkebalikan dalam sistem keuangan domestiknya. Inilah yang kemudian melihatkan pada kita bahwasannya untuk menyeimbangkan sistem politik internasional dengan kepentingan politik domestik itu terkadang berjalan berkebalikan. Hingag pada tahun 1973, AS mengalami devaluasi, perdagangan kembali surplus, ekonomi tumbuh dan pengangguran berkurang (Frieden, 2006: 340-342). Bretton Woods berjaya pada kurun waktu  1958-1971 (Helleiner, 2008: 221) dan  menjadi tonggak yang penting dalam menciptakan tatanan sistem ekonomi internasional yang dilandaskan pada sistem yang liberal. Negara yang terlibat dalam sistem ini berkomitmen untuk menentukan nilai tukar matang uang dalam gold standard. Bretton Woods dapat dianggap sebagai sebuah adjustable exchange-rate, dimana negara-negara penganut sistem ini bersedia dalam mengikuti sistem yang dibentuk oleh negara hegemon termasuk dalam kontrol kapital, adanya bantuan dari IMF, dan World Bank. Namun masa kejayaan ini tidak berlangsung lama manakala AS mengalami resesi ekonomi sehingga mengakibatkan matika sistem tersebut. 




Kesimpulan
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam  tata keuangan perekonomian internasional dalam Susan Strange (1986) diibaratkan dalam permainan kasino. Pergantian harga mampu di monitor secara langsung, serta perekonomian ini mampu berubah secara cepat sesuai dengan keadaan yang terjadi. Globalisasi yang terjadi tidak hanya mengandalkan peranan pasar dan teknologi, namun masih membutuhkan peran pemerintah sebagai kotnrol kapital dalam memuat segala regulasinya. Mengapa demikian? Karena perkembangan ekonomi baik pasar domestik maupun internasional memiliki implikasi langsung pada kondisi sebuah negara. Meski liberalisasi ekonomi telah terjadi semenjak Bretton Woods System, negara masih memiliki andil dalam mengatur hubungan ekonomi politik internasional dan ekonomi domestic.



Referensi:

Frieden, Jeffrey A., 2006. “The End of Bretton Woods”, dalam Global Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century. New York: W. W. Norton & Co. Inc., pp.339-360

Helleiner, Eric. 2008. “The Evolution oof the International Monetary and Financial System”, dalam Ravenhill, John, Global Political Economy. Oxford: Oxford University Express., pp.213-240

Strange, Susan. 1986. “Casino Capitalism”, dalam Casino Capitalism. Oxford: Basil Blackwell Ltd., pp.1-24



Sistem perekonomian
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.

Macam sistem perekonomian
1.     Sistem Perekonomian Kapitalisme,
yaitu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan menjual barang dan sebagainya. Dalam sistem perekonomian kapitalis,semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba yang sebesar besarnya.
2.      Sistem Perekonomian Sosialisme,
yaitu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, tetapi dngan campur tangan pemerintah.Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3.      Sistem Perekonomian komunisme,
adalah sistem ekonomi dimana peran pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tak boleh memiliki kekayaan pribadi. Sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua unit bisnis, dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan Pemerataan Ekonomi dan kebersamaan.
4.      Sistem Ekonomi Merkantilisme,
yaitu suatu sistem politik ekonomi yang sangat mementingkan perdagangan internasional dengan tujuan memperbanyak aset& modal yang dimiliki negara.
5.      Sistem Perekonomian Fasisme,
yaitu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain, dengan kata lain, fasisme merupakan sikap rasionalism yang berlebihan.



APBN 2011 YANG MODERAT
Anggaran Belanja Negara 2011 disusun ditengah optimisme ekonomi dunia yang mulai pulih.  Pada pertengahan tahun 2009 yang lalu, perekonomian dunia telah memberikan gambaran positif, dengan terjadinya pembalikan arah dari krisis global, dan masih terus berlanjut hingga triwulan I tahun 2010. Sejalan dengan itu, menurut Bank dunia dalam World Economic Outlook, bulan Juli 2010, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 yang sempat mengalami kontraksi hingga 0,6 persen, pada tahun 2010 diperkirakan akan kembali menguat menjadi 4,6 persen. Penguatan laju pertumbuhan ekonomi global tersebut terutama dimotori oleh pulihnya kondisi perekonomian negara-negara berkembang.
Ekonomi China, sebagai motor penggerak proses pemulihan dari krisis, diperkirakan tumbuh mencapai 10,5 persen, sementara perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh cukup kuat. Sejalan dengan perkembangan positif ekonomi global, kinerja perekonomian domestik juga terus menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan.
Stabilitas ekonomi Indonesia relatif terjaga dengan kecenderungan semakin menguat. Selama Januari-Juli tahun 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 16,2 persen ke level Rp9.172/USD. Selanjutnya, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga akhir tahun diperkirakan tetap stabil, sehingga secara rata-rata di sepanjang tahun 2010 akan berada pada kisaran Rp9.200/USD.       
Penguatan rupiah membawa dampak positif kepada pengendalian inflasi. Laju inflasi sepanjang Januari-Juli tahun 2010 masih relatif terkendali pada tingkat 6,22 persen (y-o-y) atau 4,02 persen (y-t-d). Tekanan inflasi diperkirakan akan terjadi pada semester II tahun 2010 seiring dengan kenaikan TDL, tahun ajaran baru, serta hari raya keagamaan (puasa, lebaran, natal dan tahun baru). Namun, dengan koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia yang semakin baik, laju inflasi sampai akhir tahun 2010 diharapkan masih dalam sasaran.
Sejalan dengan terjaganya laju inflasi, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan juga cenderung terus menurun. Sepanjang Januari-Juli tahun 2010, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan berada pada tingkat 6,58 persen, atau jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,29 persen.
Di sisi eksternal, kinerja ekspor dan impor dalam kuartal I tahun 2010 mengalami peningkatan cukup signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 41,8 persen dan 52,4 persen. Hal ini terutama didukung oleh penguatan kinerja sektor komoditas manufaktur, seperti industri tekstil, pakaian, alat angkut, dan kimia yang semakin membaik, sejalan dengan pulihnya kondisi ekonomi global. Sejalan dengan penguatan kinerja ekspor-impor tersebut, neraca pembayaran pada semester I tahun 2010 diperkirakan mengalami surplus sebesar USD10,9 miliar, dan cadangan devisa menguat hingga mencapai posisi USD78,8 miliar di akhir Juli 2010.
Seiring dengan makin kuatnya fundamental ekonomi domestik, yang didukung oleh membaiknya faktor eksternal, maka pertumbuhan ekonomi dalam semester I tahun 2010 mencapai 5,9 persen, atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2009 yang sebesar 4,3 persen.
Berdasarkan kondisi perekonomian dunia maupun domestik selama semester I 2010, Pemerintah kemudian menetapkan asumsi ekonomi Makro sebagai dasar perhitungan Rancangan anggaran biaya negara 2011.

Asumsi Ekonomi Makro, 2008 - 2011
Sumber pembiayaan dalam negri diutamakan
Menurut berbagai kalangan asumsi tersebut cukup realistis walaupun banyak pihak yang mengharapkan Pemerintah lebih optimis dengan menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Misalnya dengan asumsi inflasi sebesar 5,3% seperti pada APBN 2010, Pemerintah seharusnya berani menurunkan SBI menjadi 6% untuk mendorong suku bunga kredit yang lebih rendah  sehingga dunia usaha lebih bergairah
Salah satu yang juga diharapkan oleh pengusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi adalah dengan menetapkan defisit anggaran yang lebih tinggi. Menurut APBN 2011 defisit anggaran mencapai Rp. 115,6 trilyun atau sekitar 1.7% dari GDP.
Sebelumnya, Partai Golkar  mengusulkan untuk menaikkan defisit anggaran 2011 dari 1,7 persen menjadi 2,1 persen dan menurut GOLKAR pemerintah tidak perlu khawatir akan naiknya defisit APBN 2011, karena saat ini defisit Indonesia relatif rendah dan yang terpenting adalah terjaminnya kesejahteraan rakyat.
Menurut Partai Golkar dalam RAPBN 2011 ini, dana untuk pembangunan infrastruktur hanya dipatok sebesar Rp. 63, 6 triliun, penanggulangan kemiskinan sekitar Rp.49,3 triliun, dan transfer ke daerah hanya sebesar Rp 378,4 triliun. Dengan penambahan defisit menjadi 2,1 persen itu  akan ada tambahan anggaran dalam APBN 2011 sebesar Rp 32 triliun. Dana itu bisa digunakan untuk menutup kekurangan anggaran di beberapa sektor tersebut. Untuk itu, usulan defisit anggaran sebesar 2,1 persen kalau disetujui, masih jauh lebih rendah dibanding angka defisit anggaran di negara tetangga, seperti Cina 2,8 persen, Thailand 3,8 persen, Malaysia 5,4 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tegas menolak untuk menaikkan defisit APBN 2011 dari 1,7 persen menjadi 2,1 persen yang dinilai tidak ada urgensinya, dan menyerukan penghematan anggaran kepada seluruh elemen pemerintah dimulai pada tahun 2011.
SBY mengatakan jika pemerintah menaikkan defisit sebesar 0,4 persen maka sama dengan menambah pinjaman atau utang negara sebesar Rp 28 triliun. SBY menginginkan penghentian belanja-belanja negara yang tidak diperlukan, untuk itu dia akan mengeluarkan Inpres dan Perpres untuk penghematan konkret di tahun 2011.

Ringkasan APBN, 2008 - 2010
Subsidi energi menjadi ganjalan
Salah satu yang mengganjal dalam APBN 2011 adalah masalah subsidi. Terutama subsidi energi yaitu untuk sumbsidi BBM dan subsidi listrik. Pada saat RAPBAN 2011 diajukan Pemerintah merencanakan kenaikan TDL pada Januari 2011 agar subsidi Listrik menurun.
Namun kemudian dalam pembahasan dengan DPR akhirnya Pemerintah menyepakati untuk tidak menaikan TDL tahun 2011. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kenaikan subsidi listrik, namun dalam kesepakatan dengan DPR besarnya subsidi listrik ditetapkan sama dengan RAPBN 2011 yaitu sebesar RP. 41 trilyun.
Hanya saja, pemerintah mengajukan penangguhan (carry over) subsidi listrik 2009 sebesar Rp4,6 triliun tidak diberikan pada 2011 untuk mencapai kesepakatan tersebut. Sesuai dengan Nota Keuangan RAPBN 2011 ditetapkan alokasi subsidi listrik tahun depan sebesar Rp41,02 triliun, dengan asumsi subsidi listrik berjalan 2011 Rp36,4 triliun, hutang subsidi listrik 2009 Rp4,6 triliun, dan kenaikan TDL per 1 Januari 2011 sebesar 15%.
Namun, dengan tidak adanya kenaikan TDL pada tahun 2011 maka Pemerintah memilih untuk menangguhkan utang subsidi 2009 sebesar Rp4,6 triliun. Jadi tidak ada kenaikan TDL dan tidak ada penambahan besaran subsidi listrik tahun berjalan 2011.
Secara keseluruhan dalam 4 tahun terakhir Pemerintah telah menurunkan anggaran untuk subsidi. Pada tahun total subsidi mencapai Rp. 275 trilyun, kemudian turun menjadi Rp. 158 trilyun tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk mencegah defisit anggaran yang berlebihan karena menurunnya pendapatandalam negeri sebagai dampak krisis finansial global. Pada tahun 2010 subsidi meningkat kembali karena besarnya subsidi energi akibat meningkatnya kembali harga minyak dunia menyusul perbaikan ekpnomi yang berlangsung dinegara maju.
Pada tahun 2011 subsidi kembali diturunkan walaupun subsidi untuk BBM masih meningkat sejalan dengan meningkatnya harga minyak dunia sementara harga dalam negeri belum bisa dinaikkan, akibat tentangan yang keras dimasyarakat.

Perkembangan Subsidi dalam APBN 2008 - 2011
Sumber pembiayaan dalam negeri lebih diandalkan
Untuk menutupi defisit anggaran Pemerintah merencanakan mencari sumber pembiayaan dalam negeri. Pemerintah SBY selama ini telah bertekad untuk mengurangi hutang luar negeri. Sumber pembiayaan luar negeri diutamakan berupa hibah atau pemutihan utang . Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, apabila memang terpaksa untuk menarik pinjaman luar negeri, Pemerintah ingin pinjaman yang biayanya rendah sehingga tidak makin memberatkan di kemudian hari.  Seperti rencana penerbitan surat utang Samurai Bond, yang dijamin Pemerintah Jepang. Dengan peningkatan rating Indonesia yang telah mencapai investment grade, maka beban akan makin menurun.
Sumber pembiayaan dalam negeri untuk menutup defisit anggaran pada tahun 2011 diantaranya dengan menerbitkan Obligasi dan rencana privatisasi 10 BUMN terutama BUMN di sektor Perkebunan. Saat ini diharapkan merupakan saat yang tepat untuk menerbitkan Obligasi maupun privatisasi BUMN. Sebagai negara yang mampu terus tumbuh dalam keadaan krisis global, Indonesia kemudian menjadi tujuan investasi yang menarik. Hal ini mendorong dinaikannya rating Indonesia sehingga risiko investasi di indonesia dianggap lebih rendah dan pada gilirannya menyebabkan makin rendah biaya investasi. Demikian juga BUMN Perkebunan yang kinerjanya membaik sejalan dengan naiknya harga komoditi perkebunan diharapkan akan bisa mendapatkan harga penawaran perdana yang tinggi ketika melakukan IPO.
Sampai saat ini pembiayaan dari dalam negeri masih cukup tinggi biayaanya karena besarnya suku bunga yang harus ditanggung. SBI yang sebesar 6,5% adalah yang terendah selama sepuluh tahun terakhir, namun dibandingkan dengan negara lain SBI masih jauh lebih tinggi.
Demikian juga biaya untuk menerbitkan surat berharga Pemerintah seperti Obiligasi dan Surat utang negara lainnya, dibanding negara lain Indonesia masih dibebani suku bunga yang tinggi.

Pembiayaan Anggaran, 2008 - 2011
Pajak Sumber pendapatan utama
Pajak semakin menjadi sumber penerimaan negara semenjak penerimaan negara dari minyak dan gas menyusut tajam. Demikian juga penerimaan negara bukan pajak lainnya belum mampu menggantikan penerimaan dari sektor migas.

Pendapatan Negara, 2008 - 2011
Kesimpulan
Setelah mengalami krisis finansial global selama tahun 2008-2009, maka kondisi ekonomi tahun 2010 telah membaik dan diperkirakan perekonomian dunia akan terus pulih tahun 2011.  Menyongsong tahun 2011 ini , Pemerintah cukup optimis untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi yaitu 6,3% dibanding tahun 2010.
Walaupun demikian Pemerintah cenderung berhati-hati dan memilih pertumbuhan yang moderat untuk perekonomian Indonesia pada tahun 2011. Padahal negara tetangga yang cukup berat dihantam krisis finansial pada tahun 2009, kini telah berancang-ancang meningkatkan kembali pertumbuhan ekonominya setelah berhasil memperbaiki perekonomian yang terpukul sebelumnya, seperti Singapura, Thailand, dan Filipina. Kini negara tersebut mencanangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari indonesia pada tahun 2011.
Kehati-hatian Pemerintah ditunjukkan dengan membatasi defisit anggaran, tetap mempertahankan suku bunga SBI sebesar 6,5% dan membatasi sumber pembiayaan dengan mengutamakan pembiayaan dari dalam negeri.
Kehati-hatian ini memang masuk akal karena trauma dampak dari krisis moneter tahun 1999 yang belum sepenuhnya hilang. Namun hal ini juga menyebabkan kehilangan peluang tumbuh bagi Indonesia yang seharusnya bisa start lebih dulu dibandingkan negara tetangga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi  yang lebih tinggi ketika ekpnomi dunia telah mulai pulih.
Beberapa hambatan yang dihadapi Indonesia untuk bisa lebih melonggarkan perekonomian adalah biaya uang yang cukup tinggi. Sampai saat ini bunga pinjaman bank di dalam negeri masih sangat tinggi dibanding negara tetangga lainnya. SBI yang mencapai 6,5% juga termasuk tinggi dibandingkan suku bunga yang ditetapkan bank sentral negara lain. Demikian juga obligasi Pemerintah dipatok dengan yield yang lebih tinggi dari negara lain bahkan dengan negara seperti Filipina yang ekonominya terkena dampak cukup parah ketika terjadi krisis finansial global. Namun Filipina berhasil menerbitkan obligasi dengan yield yang lebih rendah dibanding Indonesia.

Dengan kondisi tersebut sebenarnya terdapat celah yang cukup besar untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih pesat. Kehati-hatian yang dtunjukkan oleh Pemerintah sudah cukup baik untuk menstabilkan ekonomi namun masih belum memadai untuk bisa tumbuh dan bersaing dengan negara lain.